Nuffnang Ads

SAJIAN KAMI

BERITA-BERITA KASUS JENAYAH SEKSUAL DAN BERITA-BERITA SEMASA..

Rabu, 20 November 2013

Tujuh Tahun Kain Kasa Bersarang dalam Perut Husnaen




Husnaen seusai mengadu ke Ombudsman Kalsel karena selama 7 tahun terdapat kain kasa di dalam perutnya, Selasa (19/11/2013). Diduga kain itu masuk saat dia menjalani operasi prostat.


BANJARMASIN - Tujuh tahun bukan waktu yang pendek. Selama itu pula, selembar kain kasa (perban) mendekam di perut warga Masingai RT 8 RW 2 Kupau, Tabalong, Husnaen (70). Diduga, kain itu tertinggal saat dia menjalani operasi prostat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pembalah Batung, Amuntai, Hulu Sungai Utara (HSU).

Operasi itu dilakukan pada 2006. Tetapi pascaoperasi, kondisi kesehatan Husnaen bukannya membaik malah terus memburuk.

"Setelah operasi itu, bapak saya tidak pernah sehat, malah bertambah sakit. Kami bingung," kata seorang anak Husnaen, Agus Triono (36) kepada wartawan di Banjarmasin, Selasa (19/11/2013).

Diungkapkan Agus, empat bulan setelah menjalani operasi itu, terjadi pembengkakan di perut ayahnya. Tak hanya itu, kemudian muncul bisul bernanah yang tak kunjung hilang. Tragisnya, kondisi tersebut hanya diobati ke puskemas terdekat disertai pengobatan tradisional.

Husnaen tidak dibawa ke rumah sakit atau dokter untuk mengetahui secara detail penyebab penyakit tersebut. Itu terpaksa dilakukan karena keterbatasan kondisi ekonomi keluarga.

"Yang namanya orang kampung, ya pengobatan semampunya saja," ujar Agus.

Pada akhir Oktober 2013, Husnaen menjalani pemeriksaan di rumah sakit terbesar di Kalselteng itu. Berdasar hasil rontgen terdapat perban di dalam perut bagian kanan bawah yang dioperasi. Operasi pengambilan kain kasa langsung dilakukan.

"Kainnya sudah membusuk," ucap Agus.

"Kainnya saya simpan sebagai bukti telah dilakukan dokter di RSUD Pembalah Batung," ucap Agus.

Ditegaskan dia, keluarga menilai telah terjadi malapraktik yang dilakukan dokter yang mengoperasi Husnaen di Amuntai. Oleh karena itu dia meminta pertanggungjawaban rumah sakit itu melalui cara melaporkannya ke Ombudsman Kalsel.

"Kami sudah mengeluarkan banyak biaya. Sudah puluhan juta rupiah. Harapan kami, paling tidak, ada pertanggungjawabannya. Kalau bilang dirugikan ya kami sudah dirugikan. Dengan melapor ke Ombudsman, kami berharap tidak ada pasien lain yang mengalami nasib serupa," ujarnya.

PENCARIAN DIBLOG INI

Arkib Blog

Anda juga perlu baca

Related Posts with Thumbnails

Pengikut

Test for your internet speed

Ads

Catatan Popular