Liputan6.com, Malang: Keluarga Sandy Adi Santoso, balita yang gemar merokok dan bicara kotor, memilih kembali ke tempat tinggalnya semula di Jalan Nusakambangan, Malang, Jawa Timur, Jumat (28/5). Sebelumnya mereka tinggal di sebuah ruangan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusantara. Ruangan itu disediakan Pemerintah Kota Malang yang berniat menyelamatkan Sandy dari lingkungan yang tidak sesuai bagi anak sesusianya.
Menurut Maulud Riadi, ayah kandung Sandy, mereka memilih pulang karena tersinggung dengan ucapan satpam soal izin tinggal. Namun, keputusan Maulud tersebut sempat mengejutkan pihak sekolah. Mereka menyatakan tidak tahu-menahu kenapa keluarga itu urung menghuni rumah tersebut.
Kasus ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika Pemkot Malang mensosialisaikan keputusan itu dengan baik. Bukankah pemberian rumah itu memang sudah direncanakan dengan niat menghindarkan Sandy dari lingkungan yang sempat membuatnya gemar merokok dan berbicara kotor.
PEROKOK KE 2 :
Liputan6.com, Musi Banyuasin: Kebiasaan Ardi Rizal mengejutkan kita semua. Bayangkan saja, balita berusia dua tahun asal Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, ini menghisap 40 batang rokok setiap harinya. Apalagi jika kebiasaanya tidak terpenuhi, bisa-bisa Ardi mengamuk.
"Dia benar-benar kecanduan. Jika ia tidak mendapatkan rokok, dia marah, menjerit, dan membenturkan kepalanya ke tembok. Katanya ia merasa pusing dan sakit," isak ibunya, Diana (26). Soal hobinya yang berbahaya ini, Ardi juga pemilih. Ia hanya mau menghisap satu jenis merek rokok. Juga karena kebiasaan Ardi, orang tuanya harus mengeluarkan uang 50 ribu rupiah perharinya.
Orang-orang mungkin terheran-heran, bagaimana bisa sang ayah, Muhammad (30) sudah mencekoki buah hatinya dengan rokok saat berusia 18 bulan. Kondisi Ardi menarik perhatian para pejabat yang menawarkan akan memberikan mobil kepada keluarga ini, asalkan Ardi berhenti merokok.
Namun, Mohammed yang bekerja sebagai pedagang ikan mengatakan, "Dia tampak cukup sehat bagi saya. Saya tidak melihat adanya masalah." Wah-wah bapak tidak bertanggungjawab ini seolah tidak merasa bersalah setelah menjerumuskan anaknya.
Kasus anak balita merokok ini sebelumnya juga terjadi di Malang, Jawa Timur. Sas seorang bocah yang baru berusia tiga tahun tumbuh sebagai bocah yang pandai merokok dan berkata kotor. Keadaan yang membuat miris setiap orangtua .