Nuffnang Ads

SAJIAN KAMI

BERITA-BERITA KASUS JENAYAH SEKSUAL DAN BERITA-BERITA SEMASA..

Isnin, 3 Mei 2010

Bengkak Mata: Bola Matanya Hampir Terkeluar

WIWIN Winarsih (27), warga Kamp. Cikondang Desa Sukasari Kec. Dawuan Kab. Subang tengah menunjukan kondisi bola matanya yang mengalami pembengkakan hingga nyaris ke luar, Senin (3/5). Wiwin mengaku tak mampu mengobati penyakitnya karena tak punya biaya.



SUBANG, (PRLM).- Wiwin Winarsih (27) seorang ibu rumah tangga warga Kamp. Cikondang Desa Sukasari Kec. Dawuan kAB. Subang sejak lima bulan lalu, mengalami pembengkakaan mata, sehingga bola matanya nyaris meloncat ke luar. ondisi tersebut mamaksa Wiwin tidak bisa mengendipkan mata walau hanya untuk beberapa detik. Bahkan di saat tidur pun Wiwin tidak pernah bisa mengatupkan kelopak matanya, sehingga dirinya merasa tersiksa dalam lima bulan terakhir ini.

Akibat hal itu, kondisi penglihatannya pun dari hari ke hari mulai berkurang. Wiwin merasa khawatir, suatu saat nanti dirinya akan mengalami kebutaan secara total. Padahal, Wiwin masih harus membesarkan ke dua putrinya Nabila (5) dan Rento (3) yang sangat membutuhkan kasih saying dari ibunya itu.

Menurut Wiwin, dirinya sempat berupaya mengobati salah satu panca indranya yang sangat berharga itu ke RSUD Ciereng. Namun, kerena kemiskinan yang menderanya, Wiwin tidak bisa melanjutkan therapy pengobatan, bahkan untuk membeli obat yang dasarankan dokter pun Wiwin tak punya.

Akhirnya, Wiwin hanya berserah kepada kemurahan Allah, sambil berharap ada dermawan yang mau mengobati penyakitnya itu.”Menurut dokter yang memeriksa saya, penyakit ini disebabkan oleh pembesaran kelenjar gondak yang disertai dengan munculnya katarak,” kata Wiwin, ketika ditemui di rumahnya, Senin (3/5).

Dikatakan, sejak penyakit itu muncul, dirinya tidak bisa mengurus kedua anaknya secara optimal. Sebab, hampir setiap waktu, bolanya matanya terasa perih karena terus menerus “melotot” tanpa bisa berkedip. Penderitaan Wiwin semakin menjadi ketika malam mulai menyergap. “Saat orang lain terdidur lelap, mata saya tetap tidap bisa terpenjam. Untuk mengurangi rasa pedih sayah hanya bisa mengenakan kaca mata hitam berukuran besar,” kata Wiwin.

Sementara itu, suaminya Wiwin, Ardiman (29), mengaku tidak bisa mengobati istrinya secara maksimal. Malahnya, Ardiman mengaku tidak punya uang untuk membawa Wiwin ke dokter atau rumah sakit spesialis mata.
Ardiman yang sehari-hari bejualan gorengan mengaku hanya bisa medapatkan laba paling besar Rp 20 hingga Rp 30 ribu per hari. “Uang sejumlah itu hanya bisa untuk memeli beras dan lauk ala kadarnya,” kata Ardiman dengan nada memelas.

Dikatakan Ardiman, untuk memulihkan mata istrinya itu dibutuhkan uang jutaan rupiah. Padahal dia tidak punya uang sebanyak itu. “Jangankan untuk berobat untuk makan pun sangat susah, “ kata dia.

Ketika ditanya, apakah kondisi istrinya tersebut telah mendapat perhatian dari pemerintah setempat atau belum, dengan tegas Ardiman menjawab “belum”. Menurut dia, sejauh ini belum ada aparat pemerintah baik tingkat kabupaten atau kecamatan yang bersedia meringankan penderitaan mereka.

PENCARIAN DIBLOG INI

Arkib Blog

Anda juga perlu baca

Related Posts with Thumbnails

Pengikut

Test for your internet speed

Ads

Catatan Popular