Benteng Demokrasi Rakyat Indonesia (Bendera) melakukan aksi bakar bendera Malaysia di Sekretariat Bendera, Jalan Diponegoro Jakarta, Selasa (17/8/2010). Pembakaran bendera Malaysia sebagai bentuk protes keras terhadap Malaysia yang melakukan penangkapan terhadap tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS.com — Suhu politik antara Indonesia dan Malaysia yang kian mendidih mulai membuat ketar-ketir sejumlah pengusaha asal negeri jiran yang menanaman modalnya di Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Irawan Wirjawan mengungkapkan, beberapa investor Malaysia menyampaikan kecemasan mereka secara langsung kepadanya. "Waduh ini kalau enggak ada stabilitas dan segalanya nanti investasi kami di sini bagimana?" kata Gita menirukan pernyataan seorang pengusaha Malaysia.
Menurut Gita, investor Malaysia meminta Pemerintah Indonesia tak menarik masalah yang terjadi saat ini keluar dari konteks. "Mereka sangat berharap kita tidak mem-blow out of proportion," ujarnya.
Meski begitu, Gita menjamin, tak ada investor Malaysia yang berencana angkat kaki dari Indonesia. Mereka menilai, iklim investasi di negara kita masih kondusif.
Kedutaan Besar Indonesia untuk Malaysia dalam situsnya menuliskan, kinerja ekspor-impor kedua negara akan kian suram jika kondisi bisnis dikeruhkan situasi non-ekonomis, seperti politik, keamanan, sosial, dan budaya, yang terjadi belakangan ini. Akibatnya, pelaku usaha merasakan ketidakpastian sehingga mereka bersikap wait and see dalam kerja sama di bidang perdagangan.
Investor Malaysia yang banyak membiakkan dananya di sektor perkebunan, perbankan, dan telekomunikasi di Indonesia memang pantas cemas. Soalnya, aksi demonstrasi anti-Malaysia mulai menyasar perusahaan-perusahaan milik Malaysia.
Ambil contoh, Senin (30/8/2010), Laskar Merah Putih mendatangi kantor cabang Bank CIMB Niaga di Jalan Ahmad Yani, Makassar, Sulawesi Selatan. Mereka memaksa pegawai bank yang sebagian besar sahamnya didekap CIMB Group Sdn Bhd itu berhenti bekerja. Unjuk rasa juga terjadi di depan kantor Bank BII Makassar. BII juga merupakan bank yang mayoritas sahamnya dimiliki perusahaan Malaysia, Maybank.
Walau demo mulai mengarah ke perusahaan Malaysia, Ahmad Safiun selaku Komisaris PT Proton Edar Indonesia, produsen mobil Malaysia, mengatakan, belum ada instruksi apa pun dari kantor pusat. "Ribut-ribut seperti ini sudah sering, jadi orang sudah biasa," katanya.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Malaysia Datuk Seri Mustafa Mohamad memastikan, hubungan dagang tidak bakal terpengaruh. "Aksi demo tak mencerminkan aspirasi kebanyakan rakyat Indonesia dan kebijakan Pemerintah RI," katanya seperti dikutip Bernama.