JAKARTA - Polisi akan memeriksa sembilan siswa Sekolah Menengah Atas Don Bosco, Pondok Indah, Jakarta Selatan, yang diduga menganiaya juniornya atau bullying pada Senin dan Selasa besok. Keterangan mereka akan dikonfrontasikan satu sama lain agar peran penganiayaan itu segera terungkap.
Bila terbukti bersalah, pihak sekolah tak segan-segan akan mengeluarkan para pelaku. Selain itu, mereka juga terancam mendapatkan hukuman pidana maksimal lima tahun penjara. Bagi keluarga korban Ari Jonathan, jejak kekerasan yang ada di tubuh anaknya sudah cukup kuat untuk menjerat para pelaku ke jalur hukum.
"Saya mengatakan dengan tegas dari permulaan masuk tidak ada yang narkoba dan kriminal. Sehingga konsekuensinya bila dia (murid) narkoba atau kriminal itu tidak bisa ditolerir," kata Manajer Pendidikan Yayasan Don Bosco, Pondok Indah, Ibnoe Markatab di Jakarta, Ahad (29/7).
Kasus bullying yang dilakukan para siswa senior SMA Don Bosco Pondok Indah ini terungkap setelah muncul kicauan di microblogging Twitter milik Shinta Langka. Dalam akunnya itu, Shinta menulis seorang keponakannya Ari yang sedang mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) SMA Don Bosco, Pondok Indah, pulang dalam keadaan babak belur.
Wajahnya lebam dan ada bekas sundutan rokok di leher. Sang keponakan juga menuturkan setelah kegiatan MOS ia dibawa seniornya ke suatu tempat dan dipaksa merokok serta dikerjai.
Ternyata, bukan hanya keponakan Shinta yang mendapatkan perlakuan tidak mengenakan. Hingga Sabtu kemarin, setidaknya sudah lima murid baru SMA Don Bosco yang melapor ke Markas Kepolisian Resor Jakarta Selatan karena dianiaya kakak kelasnya. Diduga, jumlah korban bertambah hingga tujuh orang.
Sejauh ini, pihak SMA Don Bosco mengakui adanya kasus dugaan kekerasan yang dilakukan para senior terhadap juniornya. Namun kekerasan itu terjadi bukan saat MOS melainkan usai pulang sekolah.
