Liputan6.com, Padang: Laporan terbaru menyebutkan bahwa 103 orang dinyatakan hilang akibat tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang terjadi setelah guncangan gempa 7,2 skala richter Senin malam. "Warga yang hilang paling banyak di Kecamatan Pagai Selatan, Kelurahan Bulasan, Kabupaten Mentawai, yakni sebanyak 100 orang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Harmensyah, di Padang, Selasa (26/10).
Sementara tiga lainnya adalah warga Kelurahan Beleraksok, Kecamatan Pagai Selatan. Berikut data jumlah korban menurut data BPBD Sumbar pada Selasa (25/10) sekitar pukul 14.00 WIB, korban tewas 2 orang, warga yang dinyatakan hilang 103 orang, dan pengungsi 645 Kepala Keluarga.
Dalam berita sebelumnya bersumber dari Badan Penanggulangan Bencana wilayah Pagai Selatan, korban tewas dilaporkan tujuh orang. Selaian korban jiwa dan kerusakan bangunan, gempa yang terjadi itu juga menyebabkan satu unit kapal hilang dan satu lagi terbakar. Tim SAR masih melakukan pencarian terhadap orang yang hilang di Kabupaten Mentawai akibat gempa bumi dengan kekuatan 7,2 SR yang terjadi pada Senin (25/10)
10 Warga Australia Hilang di Mentawai:
MENTAWAI, KOMPAS.com — Sedikitnya 10 warga Australia dilaporkan hilang setelah terjadi gempa bawah laut berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) di Kepulauan Mentawai, lepas pantai Sumatera Barat, Senin (25/10/2010). Demikian dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (26/10/2010).
Pihak Kedutaan Besar Australia di Jakarta mencoba mengontak kapten kapal Chris Scurrah yang ada di sekitar wilayah itu ketika gempa terjadi. Mereka yakin ada sekitar 8-10 warga Australia di atas kapal Southern Cross yang dimiliki Sumatran Surfariis.
"Ada satu kapal di mana kami belum bisa melakukan kontak, yaitu Southern Cross," kata Yuli, staf dari perusahaan Sumatran Surfariis yang berbasis di Padang.
Kapal dengan panjang 23 meter dan bertingkat dua itu dibuat pada tahun 2002 dan dikemudikan oleh Scurrah dan seorang pria Jepang bernama Akinori Fujit beserta sembilan warga Australia lainnya. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Australia menyatakan, pihaknya sudah berusaha melakukan kontak dengan kapal yang ternyata baru diketahui memiliki alat komunikasi yang buruk dan tidak dilengkapi telepon satelit.