TABANAN:-- Pergolakan politik dan huru-hara di Mesir, membuat banyak keluarga di Indonesia mencemaskan anggota keluarga mereka yang berada di negeri tersebut. Terlebih, puncak demonstrasi diperkirakan akan terjadi pada Jumat (4/2) siang waktu setempat.
Rencana demonstrasi besar-besaran ini dilaksanakan usai salat Jumat atau sekitar pukul 18.00 waktu Indonesia. Keadaan ini tentunya semakin menggelisahkan para orangtua yang memiliki anak di Mesir.
Keluarga Ni Made Hepi Yanti, misalnya. Tenaga kerja Indonesia asal Tabanan, Bali ini tertahan di Mesir karena belum diperbolehkan pulang oleh bosnya. Alasannya, Hepi Yanti baru bekerja selama empat bulan dari masa kontrak selama setahun. Sang ibu Ketut Ardiasa pun telah memastikan hal itu melalui sambungan telepon.
Hal serupa dialami Ahmad Mucklis, warga Banyuwangi, Jawa Timur. Mucklis hanya bisa memegangi foto sang anak Qomar Ruzzama Mucklis yang berkuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia gelisah karena Qomar tidak bisa dihubungi sejak beberapa hari lalu. Terlebih, kekacauan dahsyat sempat membuat jaringan telepon dan internet terganggu
Kekhawatiran akan nasib WNI di Negeri Piramida, juga membuat ratusan santri Pondok Pesantren Hubulo, Gorontalo, menggelar doa bersama. Mereka berdoa untuk keamanan di negara itu, terutama para mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di negeri tersebut.
Sejauh ini ratusan warga negara Indonesia terpaksa dipulangkan dari Mesir. Mayoritas dari mereka adalah pelajar yang sedang kuliah di Kairo yang memang menjadi salah satu tempat favorit mahasiswa Indonesia untuk belajar Islam.
