TIM Dinas Kesehatan Kab. Bandung memeriksa sampel makanan untuk mengetahui apakah mengandung formalin, borak atau zat pewarna lainnya pada sidak di Pasar Banjaran.
BANJARAN - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Bandung menemukan kandungan formalin dan zat pewarna kain, pada makanan yang dijual di Pasar Banjaran. Penemuan ini terungkap setelah petugas melakukan tes sampel pada makanan yang dijual pedagang.
"Ada beberapa makanan yang mengandung formalin dan zat pewarna jenis Rhodamin B, kadar formalin juga terbilang sangat tinggi, mencapai 200 mg," ungkap Kasi Farmasi Makanan dan Minuman (Farmamin) Dinkes Kab. Bandung, Nur Aminah di Pasar Banjaran, Kamis (11/8).
Menurut Nur, kandungan formalin dalam kadar tinggi terdapat pada mi basah. Hasil tes menunjukkan kandungan formalin yang mencapai 200 mg.
"Ini sudah sangat tinggi kadar formalinnya dan harus dilarang beredar. Seharusnya, saat dites semua kadar formalin, boraks, dan zat pewarna berada di posisi 0," paparnya.
Sementara itu kandungan zat pewarna atau Rhodamin B ditemukan pada terasi, agar-agar, dan saus. "Di sini juga kita menemukan makanan yang menggunakan zat pewarna untuk kain atau Rhodamin B. Kami menemukannya pada terasi, agaragar serta saus," katanya.
Nur mengimbau agar para pembeli memperhatikan ciri-ciri makanan yang mengandung formalin, khususnya produk mi karena secara kasat mata saja sudah terlihat. "Mi yang mengandung formalin lebih kenyal, ketika dicium baunya seperti amoniak. Selain itu lalat tidak akan datang pada mi tersebut dan mi berformalin kuat sampai dua hari," paparnya.
Sedangkan makanan atau daging yang mengandung formalin, sama sekali tidak ditemukan pada makanan yang diperiksa, yaitu tahu dan bakso. "Biasanya formalin paling banyak ditemukan pada tahu dan bakso, tetapi kali ini kami tidak menemukan tahu dan bakso berformalin," tuturnya. Pada daging ayam dan daging sapi pun, petugas tidak menemukan kandungan berbahaya.
