Liputan6.com, Sleman: Gunung Merapi terus mengeluarkan awan panas, Kamis (4/11) pagi hingga siang ini. Menurut petugas Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) awan panas atau wedus gembel yang membubung hingga mencapai delapan kilometer berwarna cokelat pekat.
Sebelum membubung tinggi ke udara, semburan awan panas ini terlebih dahulu meluncur ke bawah menuju lereng Merapi dengan membawa partikel-partikel batu dan abu vulkanik, baru kemudian tertiup ke udara. Jika cuaca cerah, semburan api dapat terlihat jelas.
Semburan tersebut dibarengi dengan suara gemuruh dan dentuman yang cukup keras dari dalam mulut Merapi. Berdasarkan data BPPTK, tercatat lebih dari 20 kali aktivitas yang dihasilkan merapi, mulai gempa vulkanik, gempa tremor dan beberapa guguran awan panas.
Hingga kini, lereng Merapi masih ditutupi kabut tebal dan juga sedang diguyur hujan deras. Alhasil, petugas tidak dapat melihat dan memprediksi arah awan panas tersebut. Petugas juga telah mengimbau warga agar mengungsi hingga radius 15 kilometer dari puncak Merapi.
Lahar dingin disertai material dari Gunung Merapi tidak hanya berdampak buruk pada penduduk sekitar, beberapa infrastruktur juga mulai rusak. Salah satunya saluran pipa air bersih dari sumber mata air Kali Kuning.
