Nuffnang Ads

SAJIAN KAMI

BERITA-BERITA KASUS JENAYAH SEKSUAL DAN BERITA-BERITA SEMASA..

Jumaat, 28 Januari 2011

Rombongan 18 Pembantu Terbakar di Kapal




MERAK:--- Menjelang subuh, Erna (38) ditelepon ibunya yang memberi tahu, kapal yang membawa rombongan pembantu terbakar.

Ibu mendengar kabar itu dari Andari (45), salah seorang anggota rombongan yang kemudian tewas.

"Selain memberi tahu bahwa kapal terbakar, Pak Andari sempat minta sama ibu, mohon keselamatan," kata Erna saat ditemui di Masjid Jamiasy Syifa, Rumah Sakit Krakatau Medika, Cilegon, Banten, Jumat.

Masjid menjadi penampungan sementara para korban feri KMP Laut Teduh 2 yang terbakar pukul 03.59 WIB, kemarin.

Erna dan ibunya tinggal di Depok. Ibunya membuka usaha penyalur pembantu. Saat feri terbakar, 18 orang rombongan pembantu yang dikelola orangtua Erna ada di atas feri. Mereka berangkat dari Depok hendak pulang ke Lampung.

"Dari 18 orang, seorang meninggal, Pak Andari (45), dan seorang lagi masih hilang, Pak Kasbari," kata Jejen (65), salah seorang anggota rombongan.

Kata Alpin (25), anggota lain, kala itu langit gelap, hujan turun, dan gelombang besar terdengar membenturi dinding kapal. Saat itu rombongan berada di ruang belakang atas.

Dalam kondisi setengah tidur, Jejen mencium bau asap karet. Tak lama kemudian ia mendengar lamat-lamat orang berteriak, "Kebakaran! Kebakaran!"

"Saya melihat di ruang parkir kendaraan di bagian bawah kapal ada api menyala-nyala membakar sebuah kendaraan. Asap hitam memenuhi ruang parkir. Tak berapa lama terdengar beberapa kali ledakan seperti ledakan ban pecah," tutur Jejen.

Ia dan rombongan kemudian mencari pelampung dan berkumpul sebelum terjun dari kapal. Alpin dan Ntum, rekan sekerja Jejen, memegang kiri kanan lengan Jejen.

Alpin menangis menjerit-jerit dan tidak mau melompat karena ombak tinggi, angin bertiup kencang, dan cuaca gelap.

Ia bersama Jejen dan Ntum dengan berangkulan akhirnya melompat setelah telapak kakinya sakit karena lantai besi kapal memanas oleh api.

Di laut, ketiganya terlepas. Jejen mencari Ntum dan Alpin. Ketiganya akhirnya berangkulan di atas ombak besar.

"Saya sempat gugup karena Alpin dan Ntum yang ketakutan merangkul leher saya kuat-kuat hingga saya hampir tenggelam. Mereka kemudian saya minta memegang lengan saya," ujar Jejen.

Setelah terombang-ambing selama dua setengah jam, mereka ditolong awak kapal KMP Windu Karsa.

Di kapal itu, 13 dari 18 anggota berkumpul. Yenny (21), putri Andari, mengatakan, ayahnya meninggal karena pelampungnya lepas.

"Di kapal Windu Karsa saya menghubungi suami saya, Taufik Hidayat, lewat telepon genggam pinjaman. Saya minta dia menghubungi bapak," ujar Yenny.

"Saat dihubungi, ternyata yang menerima polisi. Polisi mengatakan, 'Bapak meninggal'. Jenazahnya sudah dibawa ke RS Krakatau Medika," kata Yenny sambil menangis.

PENCARIAN DIBLOG INI

Arkib Blog

Anda juga perlu baca

Related Posts with Thumbnails

Pengikut

Test for your internet speed

Ads

Catatan Popular