Nuffnang Ads

SAJIAN KAMI

BERITA-BERITA KASUS JENAYAH SEKSUAL DAN BERITA-BERITA SEMASA..

Selasa, 2 Mac 2010

WAJAH GADIS 19 : Rentetan Kehidupan Ita


Baru berumur 19 tahun, Ita Susilawati memiliki wajah dan fisik seperti nenek berumur 70 tahun. Banyak cerita yang menyelimutinya, dan semuanya bermuara pada sinyalemen bahwa mantan bunga desa itu disantet. Di RSU HAMS Kisaran, Ahad (28/2) pukul 15.40 WIB Ita menghembuskan napas terakhirnya.

Tangis pilu sahut-menyahut memecah suasana ruangan rumah sakit tempat Ita Susilawati menghembuskan napas terakhirnya. Sebelum meninggal, tensi darah mantan kembang desa ini turun dari 130 menjadi 100.

Dua tahun Ita menderita penyakit aneh dan 9 hari dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) HAMS Kisaran, Sumatera Utara. Di rumah sakit milik pemerintah itu, kembang desa dari Dusun IX Sidokeno, Desa Sukadamai, Kecamatan Pulo Bandring, Asahan, ini, ditangani delapan dokter ahli, seperti

dokter penyakit dalam, paru, kulit, kandungan, saraf, mata, bedah dan darah. Menurut dr Nini Derita SpPP yang tergabung dalam tim medis untuk menangani penyakit Ita, dua hari belakangan ini kesehatan Ita makin memburuk. “Tensi darahnya drop dari 130 ke 100, ditambah lagi nafsu makannya berkurang. Padahal setelah beberapa hari dirawat kondisinya semakin membaik dan darahnya juga normal, demikian juga detakkan jantungnya. Tapi dua hari belakangan ini yang bersangkutan tampak melemah. Padahal hari ini (Ahad, red) Ita akan dirujuk ke Medan,” terang Dr Nini.

Ditambahkan dr Nini, secara medis, Ita mengalami komplikasi penyakit. Seperti diagnosa dokter spesialis kandungan, Ita mengalami penuaan dini (menoupouse practice) yang menyebabkan terhentinya menstruasi (haid) sebelum usianya mencapai 40 tahun. Akibat itu, Ita mengalami suhu tubuh yang tidak teratur (hot flashes) serta emosinya tidak stabil, ditambah lagi mengecilnya dinding rahim. Kondisi ini yang sangat berpengaruh terhadap penyakit Ita.“Penyakit itu termasuk langka dan ini merupakan yang pertama kali dirawat di RSU Kisaran, sehingga harus ditangani dengan serius,” ujarnya.

Lain lagi menurut dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin. Kata dr Nini, penuaan dini tersebut diduga disebabkan kelainan pada hormon, karena hasil pemeriksaan, Ita tidak mengalami menstruasi selama dua tahun, dan hal itu mengakibatkan terjadinya keriput di bagian wajah dan melemahkan otot di sekitar mata.

Sementara menurut dr Alihanafiah, Ita diduga banyak mengkonsumsi obat-obatan dan bahan kimia tanpa adanya resep dokter. “Namun demikian, kami tetap memeriksa pasien tersebut, karena hingga saat ini belum diketahui dengan jelas penyakitnya, disebabkan sarana dan prasarana tidak mendukung,” katanya. Sebelumnya, dr Herwanto SpB menjelaskan, hasil sementara pemeriksaan tim dokter, Ita mengalami penuaan dini, yang disertai hernia (bobolnya dinding lapisan perut terkuat) mengakibatkan ususnya turun. Tapi Ita tak mengalami masalah pada penglihatan. Sementara untuk pemeriksaan saraf, hanya ditemukan kulit kelopak mata Ita yang turun ke bawah.

Dipatuk Kobra


Semasa masih hidup, kepada RPG akhir Ferbuari 2010 lalu Ita mengaku, penyakit itu terjadi setelah ia menikah dengan Hendra pada Juni 2008. Awalnya, saat itu tidak ada masalah. Selama 3 bulan dirinya bersama suaminya. Tapi setelah itu suaminya meninggalkan Desa Suka Damai. Hendra pulang ke Kota Binjai dengan dalih untuk mencari pekerjaan demi menyambung kehidupan keluarga.

Ita mengaku, penyakit yang dideritanya selama dua tahun ini diawali dari mimpi yang berkepanjangan. Menurutnya, setiap malam ia terus-menerus mimpi dikejar tiga ekor ular kobra hingga akhirnya mimpi ini pun terwujud di alam nyata. Satu hari sebelum dia diserang gejala awal penyakit aneh itu, tiga ekor ular masuk ke rumah orang tuanya, yang akhirnya mati dibunuh saudaranya.


Besoknya, keanehan lain terjadi. Bintik-bintik merah timbul di dua tangan dan dua pahanya. Lalu, dadanya keriput seperti disiram air panas. Ita juga merasakan demam tinggi. Suhu panas badannya naik. Ita merasa seperti direbus dalam air yang cukup panas. “Selanjutnya saya dibawa ayah dan ibu ke RS Kartini di Kisaran dan di sana saya diopname selama enam bulan,” ucapnya ketika itu.

Walau sudah 6 bulan Ita menjalani perawatan di RS Kartini, tapi penyakitnya tidak juga sembuh. Paling penasarannya lagi, dokter di rumah sakit itu mengatakan bahwa tidak ada penyakit dari yang diderita Ita. Karena tidak ada penyakitnya sesuai amatan medis, Ita dibawa pulang ke rumah selama beberapa hari. Selanjutnya pihak keluarga membawa Ita ke RSU Adam Malik dan RS Pirngadi di Medan. Beberapa dokter spesialis maupun dokter umum yang melakukan diagnosa, tak satupun dari mereka yang menyebut penyakit Ita. Malah dokter mengatakan tidak ditemukan penyakit di bagian badan Ita.



“Mengingat tidak ditemukan penyakit yang pasti, maka anak saya kubawa kembali ke kampung. Sedang suami anakku tetap berada di perantauan. Sesampainya di rumah, penyakit yang dideritanya secara perlahan-lahan bertambah parah, hingga akhirnya bagian kedua matanya membengkak dan kulit mata bagian atas menutup bagian mata dan kulit mata bagian bawah membengkak dan seperti meleleh,” ucap Ramlia, ibu Ita.

Menurut Ramalia, berobat alternatif kemudian menjadi pilihan. “Kalau berobat ke tempat orang pintar selama ini mungkin sudah ada 60 orang, tapi nggak juga bisa sembuh.” Menurut semua paranormal yang didatangi, Ita diguna-gunai seseorang yang sakit hati akibat cintanya ditolak 2 tahun lalu sebelum menikah dan ditinggal suami, wanita ini menjadi kembang atau gadis pujaan di desanya.

Pengakuan Ramlia, 60-an dukun yang didatangi keluarganya demi mengobati Ita, tinggal di berbagai daerah di Sumatera Utara, seperti Tanjung Balai, Medan, Labuhan Batu, Simalungun, dan Asahan. Namun, Ita tetap saja merana. Alasan mereka tak bisa mengobati, menurut Ramlia, beragam. Ada dukun yang mengaku, ilmu santet yang menyerang Ita terlalu tinggi kehebatannya. Ada juga yang mengatakan, penyakit yang diderita Ita berkat ritual seorang dukun black magic yang memanggil jin yang punya kesaktian tingkat tinggi.

Putra, spiritual asal Mutiara Asahan, mengaku berdasarkan hasil terawangannya, Ita disantet oleh seorang dukun sakti yang tinggal di wilayah Simalungun. Ilmu dukun itu, sebutnya, merupakan ilmu santet yang berusia ratusan tahun, dan sudah diklaim punah sekitar 80 tahun lalu. “Namun entah bagaimana ilmu santet ini bisa muncul kembali dan dimiliki seseorang,” kata Putra.

Jika melihat tipe santet yang dikirim, sambungnya, “Ilmu santet itu merupakan santet dari daerah Simalungun. Sedangkan sarana yang digunakan adalah foto korban. Di mana foto korban dibacai mantera dan dimasukan ke dalam tubuh binatang berkaki empat melalui ritual.” Menurut Putra, sebenarnya santet seperti ini walau pun sudah berusia cukup tua, namun masih bisa dihilangkan. Kesehatan Ita juga bisa disembuhkan. Hanya saja saat ditanya apakah Putra bisa menyembuhkannya, ia mengaku tak berani. Karena menurutnya, masing-masing orang pintar memiliki pantangan dan aturan tersendiri.

Banyak Cowok Duel Rebut Hatinya

Di kampungnya, hingga sebelum kawin, Ita yang cantik dikenal sebagai kembang desa. “Waktu masih gadis dia memang senang dandan dan pandai merawat badan,” ujar Ramalia. Saking jadi rebutan banyak cowok desa, menurut Ramlia, tak sedikit dari kumbang-kumbang yang mau merebut Ita si bunga desa, rela duel. Namun, dari sekian banyak lelaki yang mengejarnya, tak satu pun menjadi idaman hati Ita. Hingga suatu hari di tahun 2008 lalu, Ita berkenalan dengan Hendra Efendi (25), warga Gg Manggis, Limau Sunde, Binjai.



Lelaki yang hobi merantau inilah yang akhirnya berhasil menyunting Ita sang kembang desa. Menurut Ramalia, perkenalan puteri semata wayangnya dengan Hendra berawal saat sebuah pasar malam dibuka di desanya. Hendra bekerja di pasar malam itu. Di kampung itu, Hendra tinggal sementara di sebuah rumah sekitar 10 meter dari rumah orang tua Ita. Dan, pucuk dicinta ulam tiba. Usai berkenalan, Ita pun jatuh hati kepada Hendra. Tapi baru 6 bulan pacaran, Hendra pergi dari kampung halaman Ita. Ia merantau lagi, entah ke mana.

Celakanya, saat di perantauan, Hendra tak pernah memberi kabar pada Ita, kekasihnya. Itu terjadi hingga setahun lamanya. Ita gundah gulana, hingga datanglah seorang lelaki baru yang mengisi hari-hari sepinya. Dialah Alan alias Lantung (23). Alan sebenarnya bukan lelaki baru bagi Ita.


Pemuda itu masih warga sekampungnya. Singkat cerita, Alan berhasil mencuri hati Ita yang diam-diam masih mencintai Hendra. Asmara Ita dan Alan malah direstui keluarga masing-masing. Tak berlama-lama pacaran, Alan pun melamar Ita. Ia datang bersama orang tuanya. Ayah-ibu Ita, Dur Rahman dan Ramalia, setuju puteri mereka dipinang Alan. Pinangan diterima. Rencana pesta pernikahan pun ditentukan, yakni 6 bulan setelah pinangan itu.

Namun, sebelum pernikahan Ita-Alan terjadi, Hendra mendadak datang menemui Ita. Hendra malah datang sambil meminang Ita. “Mendengar maksud kedatangannya itu kita langsung terkejut,” kata Ramalia. Begitu mendengar gadisnya telah dipinang lelaki lain, Hendra meminta Ita segera memulangkan atau membatalkan pinangan Alan. Karena lebih cinta pada Hendra, tak pikir panjang, Ita setuju. Pinangan Alan dibatalkannya.

Betapa malunya ayah-ibu Ita. Kontan saja orang tua Ita marah, dan meminta Hendra segera meninggalkan putri mereka. Tapi Ita malah mengikuti kemauan Hendra, bahkan pergi bersama lelaki pujannya itu. Selama seminggu mereka berada di Binjai, kota asal Hendra.

“Nggak tahulah mengapa saat itu saya bisa terpesona ketika dia (Hendra, red) datang. Padahal orang tua saya waktu itu melarang hubungan kami karena saya sudah tunangan dengan Alan dan takut malu sama tetangga,” jelas Ita semasa hidupnya. Karena takut Ita tidak pulang, akhirnya ayah dan ibunya menyerah.

Dengan rasa malu, mereka mengembalikan lamaran dari keluarga Alan. Tak lama usai pinangan Alan dipulangkan, Ita pun pulang ke kampung halamannya bersama Hendra. Saat itu juga, mereka dinikahkan, bahkan pestanya cukup meriah.

Ita, yang saat itu berumur 17 tahun, dinikahi dengan pinangan senilai Rp3 juta plus sepasang cincin sebagai emas kawin. Saking malu melihat gadis yang telah ditunanginya kawin dengan lelaki lain, Alan merantau ke Pangkalan Kerinci, Riau, dan masih melajang hingga kini. Meski begitu, keluarga Alan masih tetap menjalin silaturahmi dengan keluarga Ita.



Tapi hanya 3 bulan bersuami, derita mulai menghinggapi Ita. Diawali mimpi dipatuk sepasang ular kobra hitam, besoknya tubuh Ita pun mendadak terasa panas luar biasa dan selanjutnya kulitnya makin mengkeriput seperti saat ini. Seiring mendapat penyakit aneh, Hendra, suaminya, pun pergi meninggalkan Ita, hingga mantan bunga desa itu menghembuskan napas terakhirnya dalam keadaan yang mengenaskan.

PENCARIAN DIBLOG INI

Arkib Blog

Anda juga perlu baca

Related Posts with Thumbnails

Pengikut

Test for your internet speed

Ads

Catatan Popular