Nuffnang Ads

SAJIAN KAMI

BERITA-BERITA KASUS JENAYAH SEKSUAL DAN BERITA-BERITA SEMASA..

Khamis, 27 Januari 2011

Anak Dinodai dan Dijual Demi HP

Ny Safrida


BRANDAN,MEDAN:-- Wagimin (35), ayah 4 anak asal Pangkalan Brandan, Langkat, ini memang edan. Selain tega menjual bayinya, Wagimin juga menodai anak gadisnya.

Ulah edan Wagimin, kemarin (26/1) dilapor istrinya, Ny Safrida (30), ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Langkat. Pengaduan Ida –sapaan Safrida, lalu diteruskan ke Polres Langkat di Stabat.

Pada POSMETRO, ibu asal kawasan Jl Imam Bonjol, Kel Brandan Timur, Kec Babalan, Langkat, itu bercerita. Katanya, penjualan Nurhafizah, bayinya yang berumur 6 bulan, terjadi tak lama setelah ia dan Wagimin pisah ranjang. Ida meninggalkan Wagimin lantaran tak lagi sanggup menghadapi kebejatan lelaki tak berpenghasilan tetap itu. Inilah cerita versinya:

Kebejatan pertama Wagimin ditemukannya kali pertama pada dinihari Desember 2010. Di malam buta itu, Ida menyaksikan suaminya menggerayangi anak gadisnya. Awalnya Ida melihat Wagimin keluar dari kelambu tempat tidur mereka dengan cara merangkak perlahan. Setelah diamati, ternyata Wagimin menuju pembaringan anak gadis mereka -sebut saja Bunga (15), yang tertidur lelap.

Sejurus kemudian, darah Ida sontak mendidih menyaksikan tangan suaminya yang menelusur di dalam celana pendek Bunga. Wagimin juga meraba-raba dada anak kandungnya itu. Aksi amoral Wagimin membuat sang anak terjaga, namun pria yang menurut istrinya doyan mabuk itu buru-buru menghentikan aksinya.

Tak tahan menahan bara amarah di dada, Ida langsung menyoal perbuatan suaminya. Namun Wagimin mengelak. Ia berdalih sedang mengoleskan lotion anti nyamuk kepada Bunga. Keterangan Wagimin tak diterima Ida, sebab tidak mungkin lotion anti nyamuk dioleskan hingga ke balik celana dalam.

Sejak kejadian malam itu, pertengkaran pun semakin sering menghinggapi rumah tangga pasangan ini. Wagimin yang tak terima terus disalahkan akhirnya menceraikan Ida. Meski perceraian mereka berstatus di bawah tangan, tapi sejak saat itu Ida dan Wagimin tak lagi satu rumah. Bersama 4 anaknya, Ida tinggal di rumah orangtuanya. Sedangkan Wagimin memilih tinggal di salah satu tambak tempatnya bekerja di kawasan Tangkahan Lagan.

“Perasaanku sakit kali melihat dia (Wagimin) mengerayangi anak kami. Memang waktu itu aku diam saja melihat ulahnya dari dalam kelambu. Gara-gara itulah aku bercerai dengannya. Belakangan aku dapat kabar anakku yang paling kecil dijualnya pulak. Sedih kali aku bang. Entah kayak mana kabar anakku itu sekarang ini. Di manalah dia,” ujar Ida sambil menyeka bulir air mata di pipinya.

Belakangan, pada 11 Desember 2010, Ida berangkat bersama putrinya, Bunga menuju Pekanbaru untuk membesuk ayahnya (orang tua Ida, red) yang tengah sakit keras. “Aku dapat kabar bapak sakit di Pekanbaru, makanya aku langsung berangkat ke sana dengan membawa Bunga. Karena aku takut kalau Bunga ditingal dia dikerjai bapaknya lagi. Sedangkan keempat anakku yakni Saprizal (10), Hamdani (8), Dimas Prayoga (2,5) dan Nurhafiza (6 bulan) kutingalkan bersama suamiku di Tambak Penangkar Kepiting Sangkak,” ujar Ida menceritakan awal Nurhafizah diserahkan ke Wagimin.

Dua minggu di Pekanbaru-Riau, Ida pulang ke Brandan bersama ibunya Saidar (58). Setibanya di Brandan, ida pun meminta Sidar menjemput anak-anaknya di rumah mertuanya Esah (58) di Gang Malinda, Tangkahan Lagan.

“Saat itu ketiga anakku masih ada. Sedangkan Nurhafizah tidak ada. Karena tak melihat si bungsu, kutanyakan kepada Wagimin. Tapi jawaban dia ketus dan minta aku jangan tanya-tanya lagi. Soalnya, Nurhafizah-red) sudah kukasihkan ke orang,” jawab Wagimin saat itu.

Mendengar pengakuan suaminya yang merasa tak bersalah itu, jantung Ida nyaris copot namun dia tak bisa berbuat apa-apa. Belakangan Ida mencari tahu keberadaan Nurhafizah dari tetangga dan warga setempat. Dari salah seorang warga, Ida mendapat kabar kalau putri bungsunya telah dijual Wagimin.

Penuturan warga tersebut dikuatkan lagi dengan kesaksian anaknya Saprizal yang mengaku melihat adiknya dibawa pergi oleh empat orang mengendarai mobil Kijang warna hitam. “Waktu itu sekitar jam 3 sore, adik dibawa sama ibu-ibu yang bernama Ana. Sebelum adek dibawa, nenek sama bapak sempat foto-foto. Udah gitu bapak dikasi uang dalam amplop. Nenek juga dikasi sama orang itu. Udah gitu adik dibawa pergi naik mobil sama mereka. Dua orang laki-laki, dua perempuan, satu orang dipangil Ahwa namanya,” beber Saprizal.

“Setelah orang tersebut pergi, bapak membuka amplop berisi uang sekitar Rp2 juta, sedangkan nenek Rp1 juta. Sama bapak uang tadi dibelikan hand phone sama pakaian. Malamnya bapak mabuk. Awak ada juga dikasinya. Kata bapak jangan bilang sama mamak, ayah bagi duit ini. Waktu itu di rumah nenek juga, adik ayah sempat bilang jangan dihabis-habiskan uangnya, nanti kalau ada masalah bisa diurus,” sambung Saprizal yang sudah putus sekolah di bangku kelas 3 SD.

“Kami berharap kasus ini segera diproses polisi dan anak saya segera ditemukan. Sedangkan pelakunya dihukum setimpal dengan perbuatanya,” harap Ida.

Ancaman Hukuman 5 Tahun Penjara.

Terpisah Ketua KPAID Langkat, Drs Ernis Safrin didampingi Sekertarisnya Reza Fadli Lubis SH dan Wahyudi SH ketika ditemui POSMETRO mengaku sedang mendampingi korban untuk buat laporan ke Polisi.

PENCARIAN DIBLOG INI

Arkib Blog

Anda juga perlu baca

Related Posts with Thumbnails

Pengikut

Test for your internet speed

Ads

Catatan Popular