MEDAN - Angka perceraian di Sumatera Utara sudah sangat mengkhawatirkan. Dari sekitar 100 ribu pasangan yang menikah pada tahun 2010, sebanyak 10 ribu diantaranya cerai. Bahkan, bila dibandingkan dengan tahun 2009, jumlah ini meningkat hampir 200 persen. Dalam 5-10 tahun mendatang, jumlah ini diprediksi meningkat.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara, Abdullah Syah, mengatakan, tujuan pernikahan sejatinya menciptakan suatu rumah tangga yang diliputi sakinah ketenangan lahir dan batin. Namun, dari kondisi sekarang ini, cukup meresahkan. Banyaknya kasus perceraian, akan mengakibatkan banyak anak-anak tidak mendapat pendidikan, pemeliharaan dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sehingga banyak generasi bangsa yang terlantar dan terabaikan yang pada akhirnya akan terjadi tindakan-tindakan kejahatan pada generesi muda seperti peredaran narkoba, judi, miras, kekerasan dan lainnya.
Dia berharap, dengan seminar ini, para peserta dapat menyumbangkan pemikiran untuk mengatasi masalah perceraian dan akibat buruk yang disebabkannya dapat diantisipasi. Dan seminar ini diharapkan dapat menciptakan model keluarga sakinah di Asia Tenggara, khususnya di Sumut, yang akan menjadi contoh bagi keluarga-keluarga di dunia.
Sementara itu, menurut Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatera Utara, Maratua Simanjuntak, kebanyakan wanita melakukan gugatan perceraian. "Kalau dulu penyebab perceraian itu karena faktor ekonomi, sekarang tidak lagi. Pernah ada penelitian yang dilakukan di Medan, bahwa jejaring sosial seperti facebook dan twitter juga bisa menjadi pemicu," ungkapnya kepada wartawan, malam ini.
Dia menjelaskan, era informasi teknologi (IT) sekarang ini, kebebasan informasi terbuka lebar. Sehingga, seorang istri lebih menyadari hak-haknya. "Tadi terungkap semua bahwa IT juga memengaruhi anak-anak dan mengurangi kesetiaan istri/suami kepada pasangannya," bebernya.
