Nuffnang Ads

SAJIAN KAMI

BERITA-BERITA KASUS JENAYAH SEKSUAL DAN BERITA-BERITA SEMASA..

Selasa, 21 Jun 2011

Demi Hasni, 4 Tahun Puasa Senin-Kamis

Sab'atun dan Hasin Taufik terakhir yang dikirim kepada keluarganya di Palengaan Laok, Pamekasan, Madura



PAMEKASAN - Rabiya (65), warga Kampung Glugur II, Desa Palengaan Laok, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, ternyata tidak mengetahui putranya Hasin Taufik bin Tasid (40) dan menantunya Sab'atun binti Jaulah (30) divonis hukuman potong tangan di Arab Saudi.

Rabiya hanya tahu putra dan menantunya itu sudah empat tahun ini mendekam di penjara Jeddah, di Arab Saudi karena tuduhan mencuri perhiasan emas di rumah majikannya.

Menurut Makbullah, adik Hasin, Rabiyah dan Sakdiyah (66) ibu Sab'atun sengaja tidak diberitahu tentang hukuman potong tangan itu. Makbullah dan keluarga lain khawatir hal itu bakal berdampak buruk pada kesehatan dua perempuan lanjut usia itu.

Mereka tidak ingin Rabiyah dan Sakdiyah mengalami nasib sama dengan Jaula, ayah Sab'atun, yang meninggal lantaran memikirkan nasib putri dan menantunya. “Satu bulan lalu, ayah mertua kakak Hasin meninggal dunia, setelah dilanda kecemasan stadium berat,” papar Makbullah.

Hasin dan Sab'atun segera menjalani eksekusi potong tangan karena sejak Jumat (17/6/2011) mereka telah masuk penjara bawah tanah pertanda segera dieksekusi.

Rabiya mengaku keluarganya sudah putus asa. “Saya bolak-balik tanya pada Makbul, kenapa nasib kakaknya tidak ada kejelasan dan kapan bebasnya. malah dijawab, sudah dipasrahkan kepada pemerintah. Tapi sampai kapan,” kata Rabiya, yang mengaku sudah seminggu kehilangan kontak dengan Hasin.

Pada 2009 lalu, Hasin menghubunginya lewat ponsel dari penjara. Kata Hasin, kalau lewat pemerintah sudah mentok, dia minta dicarikan orang pintar, agar Umar Said Bamusak, majikannya di Jeddah, luluh kemudian mencabut tuduhan dan tidak menuntut uang tebusan sebesar Rp 250 juta.

Selain Rabiya melakukan puasa Senin – Kamis, adik dan kakak kandung Hasin menemui sejumlah orang pintar di Banyuwangi, Jember dan Probolinggo meminta mantra. Lalu kiriman mantra itu dititipkan kepada famili yang berangkat sebagai calon jamaah haji ke Makkah dan yang keluarga lainnya yang menjadi TKI. Mantra itu ditebar di lingkungan rumah majikan Hasin.

Tetapi mantranya tidak manjur. Majikannya tetap minta uang tebusan Rp 250 juta. “Kami sudah tidak punya cara lain agar majikan anak saya luluh. Maka usaha dengan magic kami tempuh juga, tetapi tetap tidak mempan,” kata Rabiya.

Walau Ulfa ditinggal kedua orang tuanya menjadi TKI saat masih berumur 8 bulan, namun bocah itu sudah mengerti bahwa ayah ibunya kini ditahan di Arab Saudi. Tiap malam menjelang tidur, Ulfa mendekap foto ayah ibunya yang dikirim dari Jeddah.

PENCARIAN DIBLOG INI

Arkib Blog

Anda juga perlu baca

Related Posts with Thumbnails

Pengikut

Test for your internet speed

Ads

Catatan Popular