Jemaah Ahmadiyah luka parah setelah diserang di Cikeusik.JAKARTA:--- Teka-teki pita yang dikenakan massa penyerang jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten mulai terkuak. Hasil penyelidikan polisi, pita itu digunakan untuk membedakan antara massa penyerang dengan anggota Ahmadiyah.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Komisaris Besar Polisi Boy Rafli Amar mengatakan, pita itu dibeli di sebuah pasar dekat Cikeusik sebelum penyerangan dilakukan.
"Nah itu mereka beli pitanya di Pasar Malimping. Menurut mereka beli di situ," kata Boy Rafli Amar di Jakarta, Rabu 16 Februari 2011.
Tak hanya pita biru, dalam penyerangan itu massa penyerang juga mengenakan pita berwarna hijau. "Mereka gunakan pita, artinya kan pitanya berwarna-warni, ada hijau ada biru," kata Boy.
"Jadi digunakan dengan maksud untuk membedakan warga setempat dengan Ahmadiyah." Namun demikian, Boy enggan mengatakan siapa yang membeli dan mengkoordinir penggunaan pita tersebut.
Keterangan Boy ini berbeda dengan temuan Tim Pembela Muslim (TPM). Sebelumnya, anggota TPM, Mahendradatta mengatakan pita itu dibagikan secara mendadak oleh orang yang tidak dikenal warga yang turut dalam aksi penyerangan. Pita itu dibagikan di depan Masjid Al-Hidayah atau 100 meter dari tempat kejadian perkara di rumah Suparman.
Sementara itu, Boy juga menegaskan tidak adanya organisasi masyarakat (ormas) tertentu di balik serangan Ahmadiyah di Cikeusik ini. "Sementara kalau ada yang menghasut memang iya, karena tindak pidana penghasutan sebagaimana yang diatur Pasal 160 KUHP itu juga dipersangkakan terhadap E dan (tersangka) yang terdahulu," kata dia.
Dalam kasus ini, kepolisian sudah menetapkan delapan tersangka. Enam dari tersangka ini sudah ditahan.
Dalam insiden Minggu 6 Februari 2011 itu, tiga jemaah Ahmadiyah tewas mengenaskan. Lima lainnya menderita luka berat.
