POLEWALI MANDAR- Perbedaaan penyelenggaraan Hari Raya Idul Fitri 1432 H menimbulkan masalah di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Korbannya adalah Syarifuddin Muchsin, Imam Masjid Nurul Taubah Lapeo Kecamatan Campalagian.
Dia terpaksa dipecat sebagai Imam masjid setelah memimpin salat Idul Fitri yang bersamaan dengan keputusan salah satu ormas Islam pada Selasa 30 Agustus 2011.
Pemecatan Imam Masjid Nurul Taubah itu menimbulkan ketegangan di Desa Lapeo. Pasalnya puluhan pendukung Imam masjid ini masih menjaga ketat masjid serta kediaman imam tersebut. Mereka belum menerima penuh sikap Kantor Urusan Agama yang dianggap sewenang-wenang.
Hal itu juga membuat warga yang masih satu desa ini terpecah menjadi dua kubu. Ada yang pro terhadap Syarifuddin dan ada kubu lain yang mendukung keputusan pemecatan terhadap imam tersebut.
Bagi pendukung Syarifuddin, pemecatan tersebut adalah tindakan berlebihan karena menganggap pemerintah terlalu campur tangan. Mereka juga tetap meminta agar Syarifuddin menjadi imam di masjid tersebut.
Terkait kasus itu, Syarifuddin sendiri sangat yakin jika 1 Syawal jatuh pada Selasa 30 Agustus 2011.
Sementara itu, pendukung kepala KUA menganggap Syarifuddin sangat pantas dipecat. Lantaran, Syarifuddin dianggap melanggar kebiasaan di masjid yang dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di daerah Mandar itu. Syarifuddin tidak mengikuti keputusan pemerintah dalam berlebaran.
Menurut kepala KUA Campalagian, Syamsul Marlin, keputusan pemberhentian Imam adalah aspirasi dari warga yang sudah tidak setuju dengan kepemimpinan Imam Syarifuddin.
Imam Syarifuddin juga dianggap sudah cukup lama menduduki posisi itu yakni 12 tahun. Keputusan itu juga dilakukan atas kesepakatan pihak keluarga Sayrifuddin sendiri selaku keturunan pendiri Masjid Nurut Taubah Lapeo.
