TULUNGAGUNG - Kasus pencabulan terhadap anak yang terjadi di Kabupaten Tulungagung akhir-akhir ini kebanyakan justru terjadi di lingkungan keluarga, kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung, Winny Isnaeni, Kamis (23/6/2011).
Menurut Winny, kasus insest atau persetubuhan sedarah biasanya terjadi antara ayah dengan anak kandung atau antara ayah tiri dengan anak tiri. Selain itu, kasus serupa juga banyak terjadi di lingkungan keluarga yang tidak lagi utuh alias broken home.
“Kasus pencabulan yang melibatkan bapak dan anak atau biasa disebut insest ini menjadi salah satu pemicu ledakan angka pencabulan terhadap anak,” terangnya.
Ia lalu mencontohkan maraknya kasus perceraian antara pasangan suami-istri yang kemudian membuat anak harus tinggal bersama ayah tirinya, ataupun kasus seorang TKW yang harus pergi keluar negeri, sehingga terpaksa harus meninggalkan anak perempuan tinggal dengan suaminya.
Kedua kasus tersebut masuk dalam identifikasi LPA sebagai kelompok keluarga dengan risiko tinggi terjadi persetubuhan antara bapak dengan anak.
“Seorang anak perempuan yang tinggal bersama ayah kandung atau anak perempuan yang tinggal serumah dengan ayah tiri, meski bersama ibu kansungnya, selama ini menjadi kelompok berisiko mendapat kejahatan seksual,” paparnya.
LPA bahkan berani memberikan saran agar seorang janda dengan anak perempuan untuk tidak menikah sampai anaknya tersebut berkeluarga. Jika sebuah keluarga harus bekerja ke luar negeri, kata Winny, sebaiknya sang ayah yang berangkat dan membiarkan anak-anak perempuan tetap dalam pengawasan ibu mereka.
“Sebaiknya, anak perempuan tumbuh dalam pengawasan ibu kandung mereka. Dengan cara tersebut, anak relatif lebih aman untuk tumbuh dan bebas dari ancaman kejahatan seksual,” ujarnya.
